Selasa, 30 November 2010

asuhan keperawatan medikal bedah "dermatitis"

DERMATITIS
A. DEFINISI
Dermatitis adalah peradangan pada kulit. Dermatitis merupakan epidermo – dermatitis dengan gejala subyektif pruritus. Obyektif tampak inflamasi eritema, vesikulasi, dan pembentukan sisik. Tanda–tanda polimorfi tersebut tidak selalu timbul pada saat yang sama. Penyakit bertendensi residif dan menjadi kronis.

B. ETIOLOGI
Penyebab dermatitis kadang – kadang tidak diketahui. Sebagian besar merupakan respons kulit terhadap agen – agen, misalnya zat kimia, protein, bakteri, dan fungus. Respons tersebut dapat berhubungan dengan alergi. Alergi ialah perubahan kemampuan tubuh yang didapat dan spesifik untuk bereaksi.
Reaksi alergi terjadi atas dasar interaksi antara antigen dan antibody. Karena banyaknya agen penyebab, ada anggapan bahwa nama dermatitis digunakan sebagai nama ” tong sampah “ (catch basket term). Banyak penyakit alergi yang disertai tanda – tanda polimorfi disebut dermatitis.

C. MANIFESTASI KLINIS
 Subyektif ada tanda – tanda radang akut, terutama pruritus (sebagai pengganti dolor). Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atau pembengakakan, dan gangguan fungsi kulit (fungsio lesa).
 Obyektif, biasanya batas kelainan tidak tegas dan terdapat lesi polimorfi, yang dapat timbul secara serentak atau berturut – turut. Pada permulaan timbul eritema dan edema. Edema sangat jelas pada kulit yang longgar, misalnya muka ( terutama palpebra dan bibir ) dan genitalia eksterna. Infiltrasi biasanya terdiri atas papul.

D. PATHWAY
Allergen

Hapten berinteraksi ke dalam kulit

Berikatan dengan protein karier

Pembentukan antigen

Antigen ditangkap dan diproses oleh makrofag dan sel langerhans

Sensitisasi limfosit T

Bermigrasi ke darah

Sel T efektor

Hipersensitifitas

peradangan











E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pada penderita dermatitis, ada beberapa tes diagnostic yang dilakukan. Untuk mengetahui seseorang apakah menderita penyakit dermatitis akibat alergi dapat kita periksa kadar Ig E dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal (0,1-0,4 ug/ml dalam serum) atau ambang batas tinggi. Lalu pasien tersebut harus melakukan tes alergi untuk mengetahui bahan/zat apa yang menyebabkan penyakit alergi (alergen). Ada beberapa macam tes alergi, yaitu :
1. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).
Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan, misalnya debu, tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lain-lain. Tes ini dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam, lalu alergen yang diuji ditusukkan pada kulit dengan menggunakan jarum khusus (panjang mata jarum 2 mm), jadi tidak menimbulkan luka, berdarah di kulit. Hasilnya dapat segera diketahui dalam waktu 30 menit Bila positif alergi terhadap alergen tertentu akan timbul bentol merah gatal. Syarat tes ini :
o Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung antihistamin (obat anti alergi) selama 3 – 7 hari, tergantung jenis obatnya.
o Umur yang di anjurkan 4 – 50 tahun.

2. Patch Tes (Tes Tempel).
Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia, pada penyakit dermatitis atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung. Hasil tes ini baru dapat dibaca setelah 48 jam. Bila positif terhadap bahan kimia tertentu, akan timbul bercak kemerahan dan melenting pada kulit. Syarat tes ini :

3. RAST (Radio Allergo Sorbent Test).
Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan. Tes ini memerlukan sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah tersebut diproses dengan mesin komputerisasi khusus, hasilnya dapat diketahui setelah 4 jam. Kelebihan tes ini : dapat dilakukan pada usia berapapun, tidak dipengaruhi oleh obat-obatan.
4. Skin Test (Tes kulit).
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan. Dilakukan di kulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan obat yang akan di tes di lapisan bawah kulit. Hasil tes baru dapat dibaca setelah 15 menit. Bila positif akan timbul bentol, merah, gatal.
5. Tes Provokasi.
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum, makanan, dapat juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi untuk alergen hirup dinamakan tes provokasi bronkial. Tes ini digunakan untuk penyakit asma dan pilek alergi. Tes provokasi bronkial dan makanan sudah jarang dipakai, karena tidak nyaman untuk pasien dan berisiko tinggi terjadinya serangan asma dan syok. tes provokasi bronkial dan tes provokasi makanan sudah digantikan oleh Skin Prick Test dan IgE spesifik metode RAST.

KLASIFIKASI
Dermatitis diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: dermatitis kontak dan dermatitis atopic.
1. DERMATITIS KONTAK
- Sinonim : Dermatitis venenata, dermatitis industri, dan lain-lain.
- Penyebab :
a. Zat iritan misalnya asam atau alkali.
b. Alergen misalnya tumbuh-tumbuhan, kosmetik atau nikel.
Dermatitis kontak adalah dermatitis karena kontaktan eksternal, yang menimbulkan fenomen sensitisasi ( alergik ) atau toksik ( iritan ). Secret serangga, lipas, getah tumbuh – tumbuhan, dll dapat menimbulkan dermatitis venenata yang berbentuk linear. Bahan kimia terdapat dalam banyak bahan. Soda dalam sabun, zat – zat deterjen ( misalnya lisol ), disinfektan dan zat warna ( untuk pakaian, sepatu, dan lain – lain ) dapat mengakibatkan dermatitis. Pada seorang ibu rumah tanga dapat timbul house – wife dermatitis, yang merupakan sebagian dermatitis tangan ( hand dermatitis ) yang sangat sering dijumpai. Bila dermatitis kontak terjadi ditempat pekerjaan, maka disebut dermatitis akibat kerja ( occupational dermatitis ). Bila zat – zat pabrik menjadi kasus, maka dinamakan dermatitis industrial ( industrial dermatitis ).
- Patogenesis
Dermatitis kontak alergi termasuk reaksi tipe IV ialah hipersensitivitas tipe lambat. Patogenesisnya melalui dua fase ialah fase induksi ( fase sensitisasi ) dan fase elisitasi. Fase induksi ialah saat kontak pertama dengan allergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan member respons, memerlukan waktu 2 – 3 minggu. Fase elisitasi ialah saat terjadi pajanan ulang dengan allergen yang sama atau serupa sampai timbul gejala klinis.
Pada fase induksi, hapten ( protein tak lengkap ) berpenetrasi ke dalam kulit dan berikatan dengan protein karier membentuk antigen yang lengkap. Antigen ini ditangkap dan diproses lebih dahulu oleh makrofag dan sel langerhans. Kemudian memacu limfosit T yang belum tersensitisasi di kulit, sehingga terjadi sensitisasi limfosit T, melalui saluran limfe, limfosit yang telah tersensitisasi berimigrasi ke darah parakortikal kelenjar getah bening regional untuk berdiferensiasi dan berpoliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan system limfoid, tersebar di seluruh tubuh, menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di seluruh kulit tubuh.
Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten yang samaatau serupa. Sel efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu menarik berbagai sel radang sehingga terjadi gejala klinis.
Ada 4 bentuk dasar: alergik, iritan, fototoksik, fotoalergika. Hampir setiap zat dapat menimbulkan dermatitis kontak antara lain: poison ivy, bahan kosmetika, sabun deterjen, dan bahan industry.
- Manifestasi klinik
Gatal-gatal, rasa terbakar, eritema, lesi kulit (vesikel), dan edema yang diikuti pengeluaran sekret, pembentukan krusta dan akhirnya pengeringan serta pengelupasan kulit.

2. DERMATITIS ATOPIK
- Dermatitis atopik adalah peradangan kulit yang melibatkan perangsangan berlebihan limfosit T dan sel mast. Tipe gatal kronik yang sering timbul, dalam keadaan yang sering disebut eksema. Kata “atopic” berhubungan dengan tiga group gangguan alergi yaitu asthma, alergi renitis (influensa), dan dermatitis atopic.
- Insiden
Kejadian dari beberapa studi menyatakan 75 sampai 80 % dari klien dermatitis atopik mengenai perorangan atau keluarga yang mempunyai riwayat gangguan alergi. Dermatitis atopik merupakan keadaan yang biasa mengganggu mempengaruhi 0,5 – 1 % penduduk seluruh dunia.
- Etiologi
Penyebab utama dermatitis atopik adalah belum diketahui. Xerosis adalah biasa lebih buruk selama periode kelembaban rendah; musim dingin daerah garis lintang utara memperburuk gatal-gatal.

- Patofisiologi
Dibandingkan dengan kulit normal, kekeringan kulit pada dermatitis atopic karena ada penurunan kapasitas pengikatan air, kehilangan air yang tinggi di transepidermal, dan penurunan isi air. Pada bagian kehilangan air mengalami kekeringan yang lebih lanjut dan peretakan dari kulit, menjadi lebih gatal. Gosokan dan luka garukan dari kulit karena gatal merupakan respon dari beberapa keluhan kulit di klinik.

- Manifestasi Klinik
Dermatitis atopik dimulai sejak selama anak-anak. Dalam keadaan akut, yang pertama tampak kemerahan, lumpur dan banyak kerak. Pada bayi lesi kulit tampak pada wajah dan bokong. Pada anak yang lebih tua dan remaja lesi tampak lebih sering muncul di tangan dan kaki, di belakang lutut, dan lipat siku. Gejala terbesar adalah pruritus hebat menyebabkan berulangnya peradangan dan pembentukan lesi, yang mrupakan keluhan utama orang mencari bantuaan.

- Komplikasi
Infeksi kulit oleh bakteri-bakteri yang lazim dijumpai terutama staphylococcus aureus, jamur, atau oleh virus misalnya herpes simpleks.Pengidap penyakit ini sebaiknya menghindari inokulasi virus hidup yang dilemahkan.

- Pemeriksaan Penunjang
 Darah perifer ditemukan eosinofilia dan peningkatan kadar IgE
 Dermatografisme putih penggoresan pada kulit normal akan menimbulkantiga respons , yakni berturut-turut akan terlihat garis merah ditempat penggoresan selama 15 detik, warna merah disekitarnya selama beberapa detik, dan edema timbul sesuah beberapa menit. Penggoresan pada pasien atopik akan bereaksi berlainan. Garis merah tidak disusul warna kemerahan, tetapi kepucatan selama 2-5 menit, edema tidak timbul. Keadaan ini disebut dermatografisme putih.
 Percobaan asetilkolin. Suntikan secara IC 1/5000 akan menyebabkan hiperemi pada orang normal. Pada orang dengan dermatitis atopik akan timbul vasokonstriksi, terlihat kepucatan selama 1 jam.
 Percobaan histamin. Jika histamin fosfat disuntikkan pada lesi, eritema akan berkurang dibandingkan dengan orang lain sebagai kontrol. Kalau obat tersebut disuntikkan parenteral tampak eritema pada kulit normal.

Ada beberapa tipe dermatitis atopik, antara lain:
1. DERMATITIS NUMULARIS.
- Penyebab: Tidak pasti. Diduga stress emosi, alkohol dapat memperburuk keadaan.
- Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :
Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler, dengan diameter bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat membasah (oozing), batas relatif jelas, bila kering membentuk krusta. Gejala biasanya hebat dan hilang timbul, bila digaruk dapat terjadi fenomena Koebner. Lokalisasi di ekstremitas atas dan bawah bagian ekstensor, tetapi dapat berlokasi diseluruh bagian tubuh.
- Diagnosis Banding : Dermatitis atopik, neurodermatitis.
- Pengobatan :
Topikal tidak mencukupi, perlu pengobatan sistemik berupa anti histamin. Lesi basah kompres larutan Permanganas Kalikus 1:10.000. Lesi kering : salep kortikosteroid. Bila ada infeksi sekunder ditambahkan antibiotika sistemik.
- Tanda Diagnostik:Bentuk lesi numuler. Sifat lesi membasah, Gatal.

2. NEURODERMITIS SIRKUMSKRIPTA
- Penyebab : Tidak pasti.
- Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :
Penderita umumnya orang dewasa atau orang tua. Mungkin suatu tempat gatal kemudian digaruk berulang-ulang, maka akan timbul papel, likenifikasi dan kulit menjadi tebal yang menimbulkan hyperpigmentasi. Lesi berupa papel besar, gatal disebut prurigo nodularis.
Tempat di tengkuk, di punggung kaki, punggung tangan, lengan bawah dekat siku, tungkai bawah bagian lateral, perianal, scrotum dan vulva atau di scalp. Prurigo nodularis sering ditemukan di lengan dan tungkai. Kelainan menipis bila tidak digaruk.
- Pengobatan :
Diberitahukan kepada penderita : kelainan kulit menipis dan kemudian menghilang bila tidak digaruk.
Sistemik : Sedativa atau Antihistaminika untuk mengurangi rasa gatal.
Topikal : Salep Kortikosteroid.
Bila kurang berhasil dibantu dengan cara oklusi (ditutup dengan bahan impermeabel misalnya bungkus plastik). Kalau belum berhasil juga disuntik dengan kortikosteroid intra lesi, misalnya triamsinolon.
- Prognosis :Baik, tetapi sering pula residif.

3. DERMATITIS STATIS
- Penyebab : Gangguan aliran darah pembuluh vena di tungkai. Berupa bendungan di luar pembuluh darah; misalnya tumor di abdomen sumbatan thrombus di tungkai bawah, atau kerusakan katup vena setelah thrombophlebitis.
- Insidens :Orang dewasa dan orang tua.
- Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis : Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang dan melebar. Terlihat berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan intravaskuler masuk ke jaringan dan terjadilah edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit dan timbul purpura. Bercak-bercak semula tampak merah berubah menjadi hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama. Bila berlangsung lama, edema diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam.
- Komplikasi : Timbul ulkus, disebut ulkus varikosum atau ulkus venosum.
- Diagnosis :
Lokalisasi ditungkai bawah, dimulai di atas maleous internus sampai di bawah lutut. Kelainan berupa hyperpigmentasi, skuama, erosi, papel, kadang-kadang eksudasi. Batas tidak jelas. Udema terutama di pergelangan kaki.
- Diagnosis Banding : Dermatitis kontak.
- Pengobatan :
• Dermatitis akut dikompres dengan larutan Permanganas Kalikus 1/10.000, atau larutan perak nitrat 0,25 % - 0,5 %.
• Obat topikal : Ichtyol 2 % dalam salep zink-oksid.
• Bila eksudatif , diberi kortikosteroid dalam jangka pendek (7-10 hari).
Bila ada infeksi sekunder diberi antibiotika.
- Prognosis :Residif..












ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
a. Anamnesa
- Identitas Pasien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, suku, agama, dsb.
- Keluhan Utama: Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
- Riwayat Kesehatan.
1. Riwayat Penyakit Sekarang : Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
2. Riwayat Penyakit Dahulu : Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
3. Riwayat Penyakit Keluarga : Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
4. Riwayat Psikososial : Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
5. Riwayat Pemakaian Obat : Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.

b. Pemeriksaan Fisik.
Subjektif : Gatal
Objektif : Skuama kering, basah atau kasar. Krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi. (Yang sering ditemui pada kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum), Kerontokan rambut.
c. Pola pengkajian fungsional menurut Gordon
Pola-pola fungsional kesehatan Gordon:
1) Persepsi kesehatan–pola managemen kesehatan, mengkaji pola pemahaman klien tentang kesehatan, dan kesejahteraan, dan bagaimana kesehatan mereka diatur.
2) Pola metabolik – Nutrisi, mengkaji konsumsi relatif terhadap kebutuhan metabolik dan suplai gizi, meliputi pola konsumsi makanan dan cairan, keadaan kulit, rambut, kuku, dan membran mukosa, suhu tubuh, tinggi, dan berat badan.
3) Pola eliminasi, mengkaji pola fungsi ekskresi (usus besar, kandung kemih, dan kulit); termasuk pola individu sehari-hari, perubahan atau gangguan, dan metode yang digunakan untuk mengendalikan ekskresi.
4) Pola aktivitas–olahraga, mengkaji pola olahraga, aktivitas, pengisian waktu senggang, dan rekreasi, termasuk aktivitas kehidupan sehari-hari, tipe dan kualitas olah raga, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola aktivitas (seperti otot – saraf, respirasi, dan sirkulasi).
5) Pola tidur–istirahat, mengkaji adanya gangguan saat istirahat/tidur, pola istirahat yang biasa dilakukan klien.
6) Pola persepsi – kognitif, mengkaji pola persepsi sensori dan pola kognitif; meliputi keadekuatan bentuk sensori (penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, dan penghidu), pelaporan mengenai persepsi nyeri, dan kemampuan fungsi kognitif.
7) Pola persepsi diri – konsep diri, mengkaji bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri; kemampuan mereka, gambaran diri, dan perasaan.
8) Pola hubungan peran, mengkaji pola keterikatan peran dengan hubungan; meliputi persepsi terhadap peran utama dan tanggung jawab dalam situasi kehidupan saat ini.
9) Pola reproduksi – seksualitas, mengkaji kepuasan atau ketidakpuasan dalam seksualitas : termasuk status reproduksi wanita.
10) Pola koping – toleransi stres, mengkaji pola koping umum dan keefektifan keterampilan koping dalam mentoleransi stres.
11) Pola nilai – kepercayaan, mengkaji pola nilai, tujuan atau kepercayaan (termasuk kepercayaan spiritual) yang mengarahkan pilihan dan keputusan gaya hidup.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan integritas kulit b.d kekeringan pada kulit
2. Resiko kerusakan kulit b.d terpapar allergen
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman integritas biologis aktual atau yang dirasa sekunder akibat penyakit
4. Perubahan rasa nyaman b.d pruritus
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat penyakit.

III. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
a) Gangguan integritas kulit b.d kekeringan pada kulit
• Tujuan: integritas kulit kembali normal, kulit tidak kering.
• Kriteria hasil: klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang baik dan turunnya peradangan, ditandai dengan:
 Mengungkapkan peningkatan kenyamanan kulit.
 Berkurangnya derajat pengelupasan kulit.
 Berkurangnnya kemerahan.
 Berkurangnya lecet karena garukan.
 Penyembuhan area kulit yang telah rusak

INTERVENSI RASIONAL
- Mandi paling tidak sekali sehari selama 15 – 20 menit. Segera oleskan salep atau krim yang telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering jika tanda dan gejala meningkat.

- Gunakan air hangat jangan panas


- Gunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit
sensitive. Hindari mandi busa.

- Oleskan/berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga
kali perhari.
- Dengan mandi air akan meresap dalam saturasi kulit. Pengolesan krim pelembab selama 2 – 4 menit setelah mandi untuk mencegah penguapan air dari kulit.



- Air panas menyebabkan vasodilatasi yang akan meningkatkan pruritus.

- Sabun yang mengandung pelembab lebih sedikit kandungan alkalin dan tidak membuat kulit kering, sabun kering dapat meningkatkan keluhan.

- salep atau krim akan melembabkan kuliT

b) Resiko kerusakan kulit b.d terpapar allergen
• Tujuan: kerusakan kulit berkurang.
• Kriteria hasil: klien akan mempertahankan integritas kulit, ditandai dengan menghindari allergen

INTERVENSI RASIONAL
- Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui.

- Baca label makanan kaleng agar terhindar dari bahan makan yang mengandung allergen


- Hindari binatang peliharaan.




- Gunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di tempat kerja, bila memungkinkan.
- menghindari alergen akan menurunkan respon alergi


- bahan makanan yang mengandung allergen dapat menyebabkan alergi pada kulit

- jika alergi terhadap bulu binatang sebaiknya hindari memelihara binatang atau batasi keberadaan binatang di sekitar area rumah

- AC membantu menurunkan paparan terhadap beberapa alergen yang ada di lingkungan.

c) Ansietas berhubungan dengan ancaman integritas biologis aktual atau yang dirasa sekunder akibat penyakit
• Tujuan: klien tidak cemas lagi.
• Criteria hasil:
• Intervensi:
- Kaji tingkat ansietas: ringan, sedang, berat, panik.
- Berikan kenyamanan dan ketentraman hati :
Tinggal bersama pasien.
Tekankan bahwa semua orang merasakan cemas dari waktu ke waktu.
Bicara dengan perlahan dan tenang, gunakan kalimat pendek dan sederhana.
Perlihatkan rasa empati.
- Singkirkan stimulasi yang berlebihan (ruangan lebih tenang), batasi kontak dengan orang lain – klien atau keluaraga yang juga mengalami cemas.
- Anjurkan intervensi yang menurunkan ansietas (misal : teknik relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi aroma).
- Identifikasi mekanisme koping yang pernah digunakan untuk mengatasi stress yang lalu.

d) Perubahan rasa nyaman b.d pruritus
• Tujuan: klien merasa nyaman.
• Kriteria hasil: klien menunjukkan berkurangnya pruritus, ditandai dengan
- Berkurangnya lecet akibat garukan
- Klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal
- Klien mengungkapkan adanya peningkatan rasa nyaman

INTERVENSI RASIONAL
- Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebanya (misal keringnya kulit) dan prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal, garuk.

- Cuci semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkan formaldehid dan bahan kimia lain serta hindari menggunakan pelembut pakaian buatan pabrik.

- Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah tidak ada sabun yang tertinggal. - dengan mengetahui proses fisiologis dan psikologis dan prinsip gatal serta penangannya akan meningkatkan rasa kooperatif.


- pruritus sering disebabkan oleh dampak iritan atau allergen dari bahan kimia atau komponen pelembut pakaian.


- bahan yang tertinggal (deterjen) pada pencucian pakaian dapat menyebabkan iritas


e) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat penyakit.
• Intervensi:
- Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya.
- Dorong klien untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan prognosa penyakit.
- Berikan informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang telah diberikan.
- Perjelas berbagai kesalahan konsep individu / klien terhadap penyakit, perawatan dan pengobatan
- Dorong kunjungan / kontak keluarga, teman sebaya dan orang terdekat.

IV. EVALUASI
- integritas kulit kembali normal.
- kerusakan kulit berkurang.
- klien tidak cemas lagi.
- klien merasa nyaman

1 komentar:

  1. Situs Judi Slot Online Deposit Pulsa Tanpa Potongan
    Provider Slot Pragmatic Play, Joker123, Slot88, luckyclub.live Minimal Deposit, OVO Slots, Joker Gaming, RTG Slots. Provider Slot Terbaik, Pragmatic Play, Joker Gaming.

    BalasHapus